Pages

Sabtu, 02 Oktober 2010

Perilaku Keuangan

Salah satu implikasi dari EMH (efficient-market hypothesis) adalah bahwa harga sekuritas telah mencerminkan semua informasi yang tersedia bagi investor. Sayangnya, mengukur nilai intrinsik dari sekuritas tidaklah mudah. Pelaku pasar juga sulit menguji apakah harga telah sesuai dengan nilai intrinsiknya. Kebanyakan pengujian terhadap efisiensi pasar difokuskan pada kinerja strategi perdagangan aktif. Belum ada kesimpulan yang dapat diterima secara umum oleh semua pihak. Ini membawa pada munculnya aliran pemikiran baru, yaitu behavioral finance.
Barberis dan Thaler (2003) dalam Bodie, Kane, dan Marcus (2008) menjelaskan behavioral finance sebagai sebuah model pasar keuangan yang menekankan implikasi potensial dari faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku investor. Premisnya adalah bahwa teori keuangan konvensional kurang memperhatikan bagaimana orang sebenarnya membuat keputusan dan bahwa orang-orang membuat perbedaan. Semakin banyak ekonom menginterpretasikan literatur bahwa anomali pasar konsisten dengan irasionalitas, yang sepertinya menjadi ciri-ciri bagi para individu yang mengambil keputusan yang rumit.
Bodie, Kane, dan Marcus (2008:396) menuliskan dua argumen dasar dari kritik behavioral, yaitu irasionalitas dan keterbatasan kegiatan arbitrasi. Irasionalitas, terdiri dari dua kategori luas :
a. Investor tidak selalu memproses informasi dengan benar, dan karenanya dapat melakukan kesalahan dalam menghitung distribusi probabilitas laba di masa depan.
b. Meskipun memiliki distribusi probabilitas laba, investor sering membuat keputusan yang tidak konsisten dan optimal.

Keberadaan investor yang tidak rasional saja tidak akan cukup untuk membuat pasar menjadi tidak efisien. Jika irasionalitas mempengaruhi harga, arbitrator yang cerdik dapat mengambil keuntungan dengan mendorong harga kembali ke nilainya yang wajar. Ini merupakan argumen behavioral yang kedua, bahwa pada prakteknya kegiatan arbitrator semacam diatas adalah terbatas dan tidak cukup untuk memaksa harga kembali ke nilai intrinsiknya. Pelaku pasar pada umumnya akan setuju bahwa jika harga adalah benar, maka tidak ada peluang yang mudah untuk memperoleh laba. Namun ini tidak berarti kebalikannya adalah benar. Sedikit atau tidak adanya peluang laba dan gagalnya kinerja strategi perdagangan aktif melebihi kinerja strategi perdagangan pasif tidak berarti membuktikan bahwa pasar adalah efisien. (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008 : 396)

Pemrosesan Informasi
Kesalahan dalam pemrosesan inforamasi dapat mengakibatkan investor salah memperkirakan probabilitas yang sebenarnya dari kejadian ataupun tingkat pengembalian dimasa depan. Beberapa bias pemrosesan informasi ini telah dibahas, empat diantaranya yang paling sering ditemui adalah (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008 : 397-398) :
a. Kesalahan prediksi. Orang sering memberi bobot lebih berat pada pengalaman terbaru dibandingkan apa yang dipercayai sebelumnya ketika membuat prediksi (kadang disebut juga bias memori) dan sering membuat prediksi yang terlalu ekstrim tanpa mempertimbangkan ketidakpastian dalam informasi yang mereka miliki.
b. Percaya diri berlebihan. Orang cenderung untuk melebih-lebihkan ketepatan dari kepercayaan, prediksi, dan kemampuan mereka. Hal ini dapat dibuktikan dari tetap mendominasinya strategi manajemen aktif meskipun kinerja dari dana yang dikelola secara aktif telah menunjukkan hasil yang mengecewakan.
c. Konservatisme. Investor cenderung terlalu lambat atau konservatif dalam memperbaharui kepercayaan mereka sebagai respon atas penemuan baru. Misalnya jika investor kurang bereaksi terhadap berita fundamental, maka harga hanya mencerminkan informasi baru secara bertahap.
d. Representatifan dari ukuran sampel. Orang cenderung tidak mementingkan ukuran sampel dengan alalsan bahwa sampel yang kecil sama representatifnya dengan sampel yang besar. Oleh karenanya, beberapa pola harga mungkin terlalu cepat diinterpretasikan dan tren mungkin diekstrapolasikan terlalu jauh kedepan.

Bias Behavioral
Meskipun jika pemrosesan informasi dilakukan dengan benar, banyak studi menyimpulkan bahwa individual cenderung membuat keputusan yang tidak sepenuhnya rasional dengan menggunakan informasi tersebut. Bias-bias behavioral tersebut diantaranya (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008 : 398-400) :
a. Perhitungan mental.
Merupakan pengkotakan dimana orang memisahkan keputusan tertentu, misalnya dengan memperlakukan beberapa investasinya secara berbeda. Secara rasional, semua investasi seharusnya dipandang sebagai sebuah portofolio dengan profil resiko dan pengembalian yang terintegrasi.
b. Penghindaran atas penyesalan. Individu yang membuat keputusan yang kemudian berdampak buruk akan memiliki penyesalan lebih apabila keputusan tersebut adalah atas sesuatu yang kurang konvensional.
Teori Prospek. Merupakan modifikasi dari penjelasan analitis atas investor yang risk-averse. Kekayaan yang semakin besar membnrikan tikat kepuasan atau “utilitas’ lebih, namun pada tingkat yang terus menurun (diminishing). Hal ini akan meningkatkan tingkat risk-averse sehingga premi resiko yang diinginkan semakin tinggi dan dapat mengarah pada tindakan irasional.

Referensi :
Barberis, N. and Thaler, R. (2003), “A Survey of Behavioral Finance,” Handbook of the Economics of Finance.
Bodie, Z., Kane, A., and Marcus, Alan, J. (2008), “Investments,” McGraw-Hill International Edition, Seventh Edition.
Sumber : http://yasinta.net/behavioral-finance

0 komentar:

Posting Komentar

TV Olline

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Forex Calendar

Sindikasi economy.okezone.com

detikcom

KOMPAS.com - Bisnis Keuangan

frame

BBCIndonesia.com | Berita Dunia | Indonesian News index

Bubbles

ok