Pages

Rabu, 20 Oktober 2010

Kamus Keuangan


A
ALPHA – Selisih antara hasil investasi aktual dengan hasil investasi yang diharapkan atau tolok ukurnya (benchmark), untuk level resiko pasar (beta) tertentu. Nilai alpha positif menggambarkan bahwa kinerja portofolio investasi lebih baik dari perkiraan sebelumnya (benchmark). Sedangkan untuk nilai alpha positif menunjukkan bahwa kinerja portfolio investasi kurang baik dibandingkan dengan tolok ukurnya (benchmark).
AMERICAN DEPOSITARY RECEIPT (ADR) – Sertifikat yang menggambarkan jumlah kepemilikan saham dalam suatu perusahaan diluar Amerika Serikat (AS), namun disimpan di Bank di Amerika Serikat dengan cabang dibeberapa negara dunia. Sertifikat tersebut dapat diperjual belikan di bursa atau pasar AS, sehingga memudahkan investor AS untuk berinvestasi pada saham perusahaan diluar AS.
ANUITAS (ANNUITY) – Suatu ikatan atau kontrak antara pemodal dan perusahaan asuransi dimana setelah pembelian kontrak oleh pemodal, perusahaan asuransi tersebut menjamin suatu penerimaan (hasil) yang tetap atau variable selama jangka waktu tertentu secara teratur.
ALOKASI AKTIVA (ASSET ALLOCATION) – Strategi investasi yang mengalokasikan (diversifikasi) total aktiva (portfolio investasi) dalam beberapa kelompok, seperti saham, obligasi dan instrument pasar uang, sebagai upaya untuk menurunkan (meminimalkan) resiko investasi.
B
BEARISH MARKET – Suatu kondisi pasar keuangan dalam periode tertentu dimana harga pasar surat berharga sedang mengalami penurunan.
BETA – Suatu ukuran fluktuasi portfolio investasi atau individual instrument investasi dibandingkan dengan pasar (stock market), yang diwakili oleh index. Nilai beta pasar adalah 1. Beta lebih dari 1 menggambarkan bahwa portfolio investasi lebih fluktuatif dibandingkan dengan pasar atau index.
BLUE CHIP – Saham biasa (common stock) yang memiliki kinerja fundamental yang baik, seperti selalu membukukan keuntungan dalam beberapa tahun terakhir, memiliki pertumbuhan yang baik, selalu membagikan dividend, memiliki reputasi manajemen yang baik, dan sebagainya.
BURSA SAHAM NEW YORK (NEW YORK STOCK EXCHANGE) – Bursa saham tertua dan terbesar di dunia dengan lebih dari 3000 perusahaan yang mendaftarkan sahamnya untuk diperdagangkan.
BURSA (BOURSE) – tempat berlangsungnya perdagangan surat berharga.
BULL MARKET – Kondisi pasar dimana harga surat-surat berharga dalam kondisi mengalami kenaikan.
C
CD (CERTIFICATE OF DEPOSIT) – Surat hutang jangka pendek yang diterbitkan oleh bank dan umumnya memberikan bunga tetap (fixed-rate) kepada pembelinya.
COST AVERAGING – Suatu Strategi melalui pembelian surat berharga atau berinvestasi dalam jumlah tertentu secara reguler atau pada interval waktu tertentu. Pada saat harga surat surat berharga mengalami penurunan, maka jumlah unit yang dibeli semakin banyak sedangkan pada saat harga pasar naik, maka akan semakin sedikit jumlah unit yang dibeli. Secara keseluruhan, harga beli rata-rata akan menjadi semakin rendah dan kemungkinan besar akan lebih rendah dari harga pasar terakhir dan lebih rendah dari rata-rata harga pasar jika pembelian dilakuakn tidak secara teratur.
D
DERIVATIF (DERIVATIVE) – Instrumen keuangan dimana nilainya didasarkan pada nilai surat berharga lainnya (underlying security).
DIVERSIFIKASI (DIVERSIFICATION) – Suatu strategi investasi dengan cara menempatkan dana yang ada di portfolio investasi pada berbagai jenis surat berharga, dengan harapan akan menurunkan resiko investasi.
DIVIDEND – Pembagian keuantungan suatu perusahaan kepada para pemegang sahamnya.
DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE (THE DOW) – Suatu ukuran atau tolok ukur kinerja bursa saham yang tertua dan paling banyak dipakai seluruh dunia.
E
EAFE INDEX – the Europe, Australasia, Far East Index. Suatu Index yang disusun oleh investment bank terkenal di Amerika Serikat Morgan Stanley Capital International® yang berisi dari kinerja bursa saham dari negara-negara yang ada di Eropa, Australia, dan Timur Jauh (Far East). Index ini menggambarkan kinerja dari kira-kira 20.000 saham dari lebih dari 20 negara.
EX-DIVIDEND – Suatu periode atau interval waktu antara tanggal pencatatan hak menerima dividend (record date) dan tanggal pembayaran dividend (payment date), dimana Investor yang membeli saham dalam periode ini tidak memiliki hak untuk menerima dividend.
F
FACE VALUE – Adalah jumlah pokok yang tertera pada sebuah instrumen hutang, atau pada uang kertas serta uang koin.
FAIR VALUE – Merupakan perkiraan nilai seluruh aset serta kewajiban dari sebuah perusahaan yang akan diambil alih/diakuisisi, yang kemudian akan digunakan untuk mengkonsolidasikan laporan keuangan kedua perusahaan tersebut.
FEDERAL OPEN MARKET COMMITTEE (FOMC) – Adalah komite yang membuat keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari the Feds untuk mengontrol/mengawasi suplai uang. Komite ini bertemu delapan kali setahun.
FINANCIAL PLANNER – Merupakan ahli profesional di bidang investasi yang membantu individu menggambarkan rencana keuangan (financial plans) dengan tujuan-tujuan tertentu dan membantu mengkoordinasikan beragam aktivitas keuangan lainnya.
FISCAL POLICY – Merupakan kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi kondisi makroekonomi. Kebijakan ini akan mempengaruhi tingkat pajak, tingkat suku bunga, dan pengeluaran pemerintah sebagai usaha untuk mengontrol ekonomi negara tersebut.
FIXED ASSET - Merupakan properti yang berwujud yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, tetapi bukan untuk dikonsumsi atau untuk dikonversi menjadi kas. Pabrik, mesin, dan peralatan-peralatan merupakan contoh dari aktiva tetap tersebut.
FIXED COST - Yaitu biaya yang jumlahnya akan tetap sama (tidak berubah) meskipun kegiatan perusahaan terus mengalami perubahan.
FLOOR TRADER – Yaitu anggota bursa yang menjalankan transaksi dari lantai perdagangan bursa (the floor) hanya untuk rekening perusahaannya.
FLOAT – Adalah jumlah total saham yang beredar dan yang tersedia di pasar.
FUND MANAGER – Adalah orang yang bertanggung jawab atas investasi dalam reksadana, dengan cara mengimplementasikan strategi serta pengelolaan hari ke hari dalam perdagangan portofolionya. Salah satu faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam reksadana adalah mencari fund manager yang tepat.
FUNDAMENTAL ANALYSIS – Yaitu metode penilaian saham/surat berharga yang mencoba untuk mengukur nilai intrinsic sebuah saham tertentu. Analisa fundamental mempelajari segala hal mulai dari kondisi ekonomi dan industri secara keseluruhan, sampai kondisi keuangan dan kondisi manajemen perusahaan tersebut.
G
GEARING RATIO – Adalah istilah umum yang diberikan untuk rasio-rasio leverage yang menggambarkan kondisi modal perusahaan. Ada berbagai macam jenis gearing rasio seperti debt to equity, interest coverage (keuntungan dibagi dengan pembayaran bunga) untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pinjaman.
GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP) – Adalah nilai uang atau nilai moneter semua barang barang serta jasa yang dihasilkan oleh suatu negara pada suatu periode tertentu. Meliputi konsumsi, belanja / pengeluaran pemerintah, investasi, serta ekspor bersih (ekspor dikurangi impor). Disimbolkan dengan Y = C + I + G + (X – M). GDP merupakan indicator yang baik untuk menilai kesehatan ekonomi suatu negara. Dan biasanya diukur secara tahunan, meskipun perhitungan bulanannya juga diumumkan.
GROSS NATIONAL PRODUCT (GNP) – Merupakan indikator statistik ekonomi meliputi GDP ditambah semua pendapatan yang diperoleh warga negara tersebut atas investasi luarnegerinya, dikurangi pendapatan dihasilkan warganegara asing atas investasi di dalam negeri. Pada dasarnya GNP adalah total uang yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara baik di dalam maupun di luar negeri.
GROWTH FUND – Adalah sebuah portofolio saham yang berdisifikasi dengan tujuan utamanya adalah peningkatan harga saham (capital appreciation), yaitu berinvestasi pada perusahaan yang menginvestasikan kembali pendapatan yang diperoleh untuk tujuan ekspansi, akuisisi, atau untuk penelitian dan pengembangan perusahaan.
GROWTH STOCKS – Adalah saham-saham pada perusahaan yang pendapatan totalnya diharapkan meningkat di atas tingkat pendapatan rata-rata. Karakteristik dari growth stock adalah P/E rasionya yang tinggi.
H
HASIL INVESTASI (YIELD) – Tingkat pertumbuhan hasil investasi selama periode tertentu. Umumnya diukur dengan cara: Yield = (Nilai investasi Awal + Pembagian Uang Kas/Dividend) / Nilai Investasi Akhir.
HASIL RIIL (REAL YIELD) – Hasil bersih dari pemilikan suatu obligasi, setelah dikurangi tingkat inflasi. Dengan demikian jika tingkat inflasi adalah 4% dan suatu obligasi memberikan hasil (yield) 12%, maka hasil bersih dari obligasi tersebut adalah 8%.
HEDGING – Strategi yang diterapkan untuk menghindari atau meminimalkan resiko investasi. Perfect hedge dimaksudkan untuk menghapuskan kemungkinan terjadinya kerugian dimasa yang akan datang.
I
INDEX – Satuan statistik yang mengukur perubahan dalam ekonomi atau pasar keuangan (financial markets) pada suatu tanggal tertentu dibandingkan dengan tahun dasarnya, misal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Dow Jones® Industrial Average (DJIA) and S&P 500®.
J
JANUARY EFFECT – adalah fenomena yang terjadi pada akhir tahun ketika para investor mulai khawatir tentang pembayaran pajak yang mengakibatkan mereka mungkin menjual beberapa saham yang merugi sehingga mereka dapat menghapus kerugian tersebut atas capital gain yang diperoleh. Hal ini akan menyebabkan harga saham-saham akan mengalami penurunan pada akhir tahun, dan kemudian mengalami kenaikan harga kembali karena para investor tersebut membeli kembali saham yang sebelumnya mereka jual.
JOINT VENTURE – Adalah bergabungnya dua atau lebih orang atau perusahaan dalam bidang usaha tertentu dan setuju untuk berbagi keuntungan, kerugian, atau berbagi pengawasan/kontrol.
JUNK BOND – Adalah obligasi yang dijual untuk tujuan spekulasi. Umumnya obligasi tersebut berperingkat di bawah BB, dan memiliki resiko default (gagal bayar) yang lebih tinggi dibanding obligasi lainnya. Junk bond umumnya menawarkan tingkat bunga 3 – 4% lebih tinggi daripada obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.
K
KAPITALISASI PASAR (MARKET CAPITALIZATION) – Nilai wajar suatu perusahaan yang diukur dengan nilai pasar dari saham yang beredar. Perhitungannya harga pasar saham dikalikan dengan jumlah sahamnya yang beredar
KEUNTUNGAN ATAU KERUGIAN NILAI INVESTASI (CAPITAL GAIN OR LOSS) – Keuntungan atau kerugian dari penjualan kekayaan (asset) dalam suatu portfolio.
L
LETTER OF INTENT – Kesepakatan yang tidak mengikat yang menyatakan niat (intention) dari suatu pihak untuk memenuhi ketentuan atau harapan dari pihak lain.
LIKUIDITAS (LIQUIDITY) – Kemudahan dalam menjual atau menukarkan suatu asset menjadi uang kas.
M
MAINTENANCE MARGIN – Adalah jumlah uang harus dimasukkan/ ditambahkan untuk menutup kembali margin requirement (jumlah marjin yang harus dipelihara) dalam rekening marjin.
MARGIN – Marjin adalah menggunakan uang pinjaman untuk membeli suatu saham, atau lebih dikenal dengan buying on margin atau margin trading (transaksi marjin). Pada transaksi marjin, para investor membeli saham dengan menggunakan dana yang dipinjam dari broker dimana mereka melakukan transaksi dan umumnya bunga yang dikenakan lebih tinggi daripada bunga bank. Tidak semua nasabah dapat melakukan transaksi marjin. Fasilitas marjin hanya diberikan oleh broker kepada nasabah lama dengan potensi yang baik dan sebaiknya transaksi marjin ini hanya dilakukan oleh investor yang berpengalaman karena jika harga saham anda turun secara signifikan, kerugian yang anda alami akan lebih besar daripada transaksi tanpa marjin. Sedangkan dalam perusahaan, marjin adalah selisih antara harga penjualan dengan beban pokok produksi (COGS).
MARK TO MARKET – Yaitu mencatat dan mengamati nilai atau harga suatu saham/surat berharga, suatu portofolio, atau suatu rekening sehingga dapat mereflesikan nilai pasar saat ini.
MARKET RISK – Adalah potensial kerugian hari ke hari yang akan dialami oleh investor akibat fluktuasi harga saham. Beta suatu saham dapat digunakan untuk menaksir seberapa besar resiko pasar yang dihadapi oleh saham tersebut.
MEDIUM TERM NOTE (MTN) – Adalah surat hutang yang umumnya berjangka waktu 5-10 tahun.
N
NILAI POKOK INVESTASI (CAPITAL OR PRINCIPAL) – Nilai awal investasi, tidak termasuk penerimaan (earnings) setelah dilakukannya investasi tersebut.
NASD (National Association of Securities Dealers Inc.) – Suatu organisasi nirlaba di Amerika Serikat beranggotakan seluruh perusahaan investment bank. Dengan pengawasan dari Securities Exchange Commissions (SEC), badan pengawas pasar modal AS, NASD dimaksudkan untuk menstandarisasi praktek dan kode etik perdagangan, khususnya yang over the counter.
NASDAQ (National Association of Securities Dealers Automated Quotation System) – Sistim komputer yang menggambarkan aktivitas perdagangan, seperti harga dan kuantitas, dalam pasar yang over the counter.
NILAI AKTIVA BERSIH (NET ASSET VALUE) – Nilai pasar dari seluruh kekayaan (asset) dari suatu Reksa Dana. NAB perunit dihitung dengan cara membagi total nilai aktiva bersih dengan jumlah saham yang beredar.
NILAI BUKU (BOOK VALUE) – Nilai kekayaan bersih, selisih antara total aktiva dengan total kewajiban (liabilities), suatu perusahaan.
NILAI TUKAR (EXCHANGE RATE) – Suatu harga pertukaran mata uang suatu negara dengan negara lainnya.
O
OBLIGASI ASING (FOREIGN BONDS) – Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, pemerintah atau badan pemerintah asing.
OBLIGASI (BOND) – Surat hutang yang diterbitkan oleh Pemerintah atau Perusahaan yang akan membayar kupon tertentu dan melunasi pokok hutang tersebut pada saat jatuh waktu.
OVER-THE-COUNTER MARKET (OTC) – Pasar perdagangan surat berharga yang dilakukan langsung dilantai bursa tanpa melalui jaringan telephone dan komputer yang memungkinkan komunikasi sesama dealers. Surat berharga yang diperdagangkan umumnya diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi kualifikasi untuk diperdagangkan di bursa saham yang lebih besar, seperti Bursa Saham New York.
P
PEMBAGIAN UANG KAS (CASH DISTRIBUTION) – Pemberian uang kas kepada pemegang unit penyertaan Reksa Dana oleh Manajer Investasi yang berasal dari keuntungan transaksi surat berharga yang ada di portfolio Reksa Dana yang bersangkutan.
PENINGKATAN NILAI INVESTASI (CAPITAL APPRECIATION) – Kenaikan nilai wajar (pasar) suatu kekayaan (asset), seperti saham, obligasi, komoditas dan property.
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN (CAPITAL GAINS DISTRIBUTION) – Pembagian uang kas kepada pemegang unit Reksa Dana yang berasal dari penjualan saham, obligasi, atau instrumen investasi lainnya didalam portfolio Reksa Dana tersebut.
PORTFOLIO – Sekumpulan surat berharga dari beberapa jenis yang dimiliki seseorang atau pihak atau yang dikelola oleh suatu Reksa Dana.
PRIVATISASI (PRIVATIZATION) – Suatu langkah yang memindahkan pengelolaan suatu perusahaan dari pemerintah atau agen pemerintah kepada swasta. Umumnya dilakukan dengan cara menjual kepemilikan saham Pemerintah, termasuk didalamnya pengendalian manajemen, kepada pihak swasta, dengan harapan bahwa perusahaan yang diprivatisasi tersebut akan dapat dikelola dengan lebih baik.
PUBLIC OFFERING PRICE (POP) – Harga penjualan dari saham atau Reksa Dana kepada masyarakat luas.
Q
QUALITATIVE ANALYSIS – Adalah analisa yang menggunakan penilaian subyektif dalam menilai suatu saham/surat berharga berdasarkan informasi non-financial seperti keahlian manajemen perusahaan, siklus industri, kekuatan dari kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan perusahaan, hubungan perusahaan dengan serikat pekerja, dan penilaian subyektif lainnya.
QUANTITATIVE ANALYSIS – Analisa kuantitatif adalah analisa terhadap suatu saham/surat berharga yang menggunakan informasi-informasi keuangan yang berasal dari laporan keuangan tahunan dan laporan rugi laba perusahaan untuk menilai apakah keputusan berinvestasi di perusahaan tersebut layak. Beberapa alat yang digunakan dalam analisa kuantitatif ini adalah rasio-rasio keuangan, cost of capital (biaya modal), asset valuation (penilaian aset), dan tren (kecenderungan) laba dan penjualan (apakah ke arah peningkatan atau penurunan).
QUICK ASSET – Adalah aktiva lancar dikurang persediaan. Quick asset adalah aset-aset yang sudah atau mudah untuk dikonversikan menjadi kas.
QUICK RATIO – Adalah rasio yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (tidak termasuk persediaan) dengan kewajiban jangka pendek. Quick rasio merupakan suatu indikator kekuatan keuangan perusahaan. Rasio ini mengindikasikan apakah perusahaan memiliki aset lancar (tanpa harus menjual persediaan) untuk menutup kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kadang dikenal juga dengan acid test rasio.
R
RATA-RATA TOTAL HASIL TAHUNAN (AVERAGE ANNUAL TOTAL RETURN) – Rata-rata perubahan nilai investasi selama periode tertentu, dengan asumsi bahwa pembagian uang tunai (dividends) dan keuntungan modal (capital gains) di investasikan kembali.
REKSA DANA (MUTUAL FUND) – Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
REKSA DANA GLOBAL (GLOBAL MUTUAL FUND) – Reksa Dana yang berinvestasi pada instrumen investasi diseluruh dunia.
REKSA DANA PASAR UANG (MONEY MARKET FUND) – Reksa Dana yang portfolio investasinya ditempatkan pada Sertifikat Deposito dan surat-surat berharga jangka pendek lainnya.
REKSA DANA SEKTORAL (SECTOR MUTUAL FUNDS) – Reksa Dana yang menginvestasikan dananya pada sektor-sektor tertentu, seperti sector barang konsumsi, telekomunikas, dan sebagainya. Secara teoritis Reksa Dana Sektoral cenderung lebih berfluktuasi dibandingkan dengan Reksa Dana umum yang diinvestasikan pada banyak sector.
REKSA DANA TERTUTUP (CLOSED-END FUND) – Suatu jenis Reksa Dana yang menerbitkan jumlah unit penyertaan tertentu kepada investor dan Manajer Investasinya, sebagai penerbit Reksa Dana tersebut, tidak berkewajiban untuk membeli kembali unit penyertaan yang akan dijual kembali (redemption) oleh investor atau pemilik unit penyertaan Reksa Dana tersebut.
REKSA DANA TERBUKA (OPEN-END FUND MUTUAL FUND) – Suatu Reksa Dana yang mengharuskan Manajer Investasinya untuk membeli kembali unit penyertaan yang akan dijual (redemption) oleh pemiliknya (investor).
TANGGAL PENCATATAN (RECORD DATE) – Suatu tanggal dimana investor harus tercatat pemegang saham resmi agar memiliki untuk memperoleh dividend. Setelah tanggal tersebut, saham akan diperdagangkan tanpa hak memperoleh dividend (ex-dividend).
REKSA DANA REGIONAL (REGIONAL MUTUAL FUNDS) – Reksa Dana yang membatasi investasinya pada beberapa negara berdsarkan letak geografisnya, seperti Asia Tenggara, Eropa, Latin Amerika, dan sebagainya.
REIT (Real Estate Investment Trust) – Unit penyertaan yang dananya dikelola oleh Manajer Investasi dalam portfolio riil property (real estate).
S
SAHAM BIASA (COMMON STOCK) – Bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan, dimana pemilik saham biasa memiliki hak untuk menerima dividend, mengambil suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan, jika memungkinkan, ikut serta dalam manajemen perusahaan.
SAHAM ASING (FOREIGN STOCKS) – Saham yang diterbitkan oleh perusahaan, pemerintah atau badan pemerintah asing.
SAHAM ISTIMEWA (PREFERRED STOCK) – Saham yang membagi dividen dengan persentase tertentu dan memiliki hak atas pembagian dividend dan likuidasi asset yang mendahului dari hak yang akan diterima oleh pemegang saham biasa.
S&P 500® (Standard & Poor’s® Composite Index of 500 Stocks) – Index yang disusun berdasarkan nilai pasar dari 500 saham biasa yang digunakan untuk mengukur pergerakan harga pasar saham di bursa.
SEC (Securities and Exchange Commission) – Suatu badan pengawas pasar modal di Amerika Serikat yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Perdagangan Surat Berharga tahun 1934 (Securities Exchange Act of 1934), yang bertujuan meningkatkan keterbukaan informasi kepada public dan melindungi masyarakat pemodal terhadap praktek-praktek yang merugikan di pasar modal.
SURAT BERHARGA KONVERSI (CONVERTIBLE SECURITY) – Surat berharga yang diterbitkan oleh suatu perusahaan, seperti Saham Istimewa (preferred stock) dan Obligasi Konversi (convertible bond), yang dapat ditukarkan dengan surat berharga lainnya, umumnya ditukar menjadi saham biasa.
SURAT HUTANG (DEBT SECURITY) – Surat Berharga yang menggambarkan suatu pinjaman yang harus dilunasi oleh peminjam dimasa yang akan datang atau tanggal tertentu setelah penerbitan surat hutang tersebut.
T
TANGGAL CALL (CALL DATE) – Tanggal pelunasan obligasi oleh penerbit sebelum jatuh waktu.
TANGGAL JATUH WAKTU (MATURITY DATE) – Suatu tanggal dimana nilai pokok dari surat hutang harus dilunasi (jatuh waktu).
TOTAL RETURN – return (hasil) dari suatu investasi selama periode tertentu, termasuk didalamnya kenaikan nilai pasar pokok investasi (capital appreciation), dividends dan bunga (kupon), and keuntungan penjualan asset (capital gain).
TREASURIES – Surat hutang yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat Amerika Serikat dan diterbitkan dengan berbagai tanggal jatuh waktu (maturities).
TREASURY BILLS – Surat berharag jangka pendek yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat Amerika Serikat dengan periode jatuh waktu tidak lebih dari satu tahun, dengan denominasi minimum $10,000, dan dijual dengan harga diskon dari nilai pokoknya.
TREASURY BONDS – Surat Hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat Amerika Serikat dengan jangka waktu 10 tahun atau lebih dan dengan denominasi minimum $1,000.
TREASURY NOTES – Surat Berharga jangka menengah dengan periode jatuh waktu (jangka waktu) lebih dari satu tahun sampai dengan 10 tahun, dan dengan denominasi antara $1,000 hingga $1 million atau lebih.
U
UNDERPERFORM – Adalah suatu rekomendasi yang sering digunakan oleh broker (perusahaan sekuritas) untuk suatu saham, yang berarti bahwa saham tersebut diperkirakan akan lebih jelek kinerjanya.
UNDERSUBSCRIBED – artinya jika jumlah permintaan terhadap saham IPO lebih rendah daripada jumlah saham yang akan diterbitkan. Hal ini kadang disebut juga dengan underbooking. Lawan dari undersubscribe adalah oversubscribe.
UNDERVALUE – adalah Saham atau surat berharga yang diperdagangkan dengan harga di bawah nilai wajarnya.
UNDERWRITING – Investment banker bertindak atas nama perusahaan atau pemerintah yang menerbitkan surat-surat berharga, mencari/ mengumpulkan modal investasi dari para investor. IPO (penawaran saham perdana) suatu perusahaan dibawa oleh underwriter (penjamin emisi efek).
UNREALIZED GAIN – Adalah keuntungan yang timbul akibat memegang suatu aset, namun tidak menguangkan/merealisasikan keuntungan tersebut. Contohnya, jika anda memiliki saham yang harganya mengalami peningkatan 2 X dari harga pembeliannya, namun anda tidak menjual saham tersebut (merealisasikan/menguangkan keuntungan tersebut), hal inilah yang dikatakan sebagai keuntungan yang tidak terealisasi.
UNREALIZED LOSS - Adalah kerugian yang timbul akibat memegang suatu aset, namun tidak menguangkan/merealisasikan kerugian tersebut. Contohnya, jika anda memiliki saham yang harganya mengalami penurunan 50% dari harga pembeliannya, namun anda tidak menjual saham tersebut (merealisasikan kerugian tersebut), hal inilah yang dikatakan sebagai kerugian yang tidak terealisasi.
UNSECURED LOAN – Adalah pinjaman bank yang diberikan kepada peminjam hanya berdasarkan bonafiditas/nama baik peminjam dan tidak ditutup dengan jaminan (kolateral).
UNSYSTEMATIC RISK – Kadang disebut sebagai resiko spesifik yaitu resiko yang memiliki pengaruh yang terbatas. Contohnya adalah adanya pemogokan mendadak yang dilakukan oleh karyawan suatu perusahaan akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.
UPSIDE – Adalah jumlah peningkatan potensial yang mungkin terjadi pada pasar atau harga saham. Pada dasarnya upside adalah perkiraan seberapa besar suatu saham mengalami peningkatan harga di masa depan.
V
VOLATILITAS (VOLATILITY) – Fluktuasi yang cepat dan dengan nilai yang relatif tinggi dari harga pasar suatu surat berharga. Dalam Pasar Saham biasanya diukur dengan menggunakan beta.
W
WARRANT – Adalah surat berharga yang memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli saham/surat berharga dari penerbit waran tersebut dengan harga tertentu. Waran biasanya merupakan instrumen jangka panjang, karena tanggal jatuh temponya umumnya lebih dari setahun. Waran mirip dengan opsi call/beli. Namun masa berlakunya waran biasanya tahunan, sedangkan masa berlakunya opsi call/beli biasanya bulanan. Lebih jauh lagi, waran biasanya diterbitkan dan dijamin oleh perusahaan, sedangkan opsi adalah instrumen pertukaran dan tidak diterbitkan oleh perusahaan.
WEIGHTED AVERAGE COST OF CAPITAL (WACC) – Adalah perhitungan biaya modal (cost of capital) perusahaan dengan memberi bobot masing-masing katagori modal (modal pemegang saham, pinjaman bank, obligasi dan lain sebagainya). WACC merupakan rata-rata tingkat hasil yang diharapkan atas investasi suatu perusahaan.
WRITE-OFF – Adalah membebankan sejumlah aset untuk biaya-biaya atau kerugian, dengan tujuan untuk mengurangi nilai aset tersebut dan mengurangi pendapatan.
X
XD (EX-DIVIDEND) – Adalah simbol yang digunakan untuk menandai bahwa saham/surat berharga tersebut diperdagangkan pada ex-dividen. Simbol ini umumnya digunakan dalam surat kabar.
Y
YANKEE BOND – Adalah obligasi asing yang berdenominasi dalam US Dollar dan diterbitkan di negara Amerika Serikat oleh bank-bank asing dan perusahaan-perusahaan asing.
YEAR TO DATE (YTD) – Adalah periode awal tahun (1 Januari) sampai dengan tanggal hari ini.
YIELD – Adalah jumlah bunga yang dibayarkan kepada suatu obligasi dibagi dengan harga obligasi tersebut. Dengan kata lain, yield mengukur pendapatan yang dihasilkan oleh suatu obligasi. Yield juga merupakan tingkat hasil (rate of return) suatu investasi, yang biasanya dikutip adalah persentase pertahun.
YIELD CURVE – Adalah grafik garis yang memperlihatkan tingkat suku bunga pada titik tertentu untuk seluruh surat berharga dengan tingkat resiko yang sama tetapi jatuh tempo yang berbeda. Surat berharga yang jatuh temponya lebih lama biasanya memiliki yield yang lebih tinggi. Jika surat berharga jangka pendek menawarkan yield yang lebih tinggi, maka kurvanya disebut dengan inverted.
YIELD TO MATURITY- Adalah tingkat hasil (rate of return) suatu obligasi sampai obligasi tersebut jatuh tempo.
Z
ZERO COUPON BOND – Adalah surat hutang/obligasi pemerintah atau perusahaan yang diperdagangkan secara diskonto dari nilai nominalnya. Obligasi ini diperdagangkan secara diskonto karena obligasi tersebut tidak memberikan bunga kepada pemegangnya. Keuntungan/laba akan diperoleh oleh pemegang bond pada saat obligasi tersebut ditebus kembali oleh penerbitnya dengan nilai nominal penuh. Obligasi seperti ini biasanya diterbitkan secara diskonto, atau mungkin bisa juga dari kupon yang diambil dari obligasi kemudian diterbitkan kembali sebagai obligasi tanpa bunga (zero coupon bond).
ZERO-SUM GAME – Adalah situasi dimana keuntungan yang diperoleh oleh satu pihak merupakan kerugian yang sama jumlahnya di pihak lain. Jadi selisih antara keuntungan di satu pihak dengan kerugian di pihak yang lain adalah 0 (tidak termasuk biaya-biaya).

Selasa, 19 Oktober 2010

Organizational Culture

Pendahuluan
Budaya organisasi tumbuh dari waktu ke waktu. Orang merasa nyaman dengan budaya organisasi yang baru. Bagi orang yang mempertimbangkan perubahan budaya, biasanya kejadian yang signifikan harus terjadi. Kejadian yang mengguncang dunia mereka, seperti kebangkrutan, kehilangan sales dan konsumen yang signifikan, atau rugi jutaan dollar, akan menarik perhatian banyak orang. Bahkan sekalipun, untuk mengetahui bahwa budaya organisasi adalah oknumnya dan mengambil langkah untuk mengubahnya, ini juga merupakan perjalanan yang berat. Ketika orang-orang dalam organisasi menyadari dan mengetahui bahwa budaya organisasi perlu dirubah untuk mendukung keberhasilan dan kemajuan organisasi, perubahan bisa terjadi. Tapi perubahan tidak cukup dan perubahan tidak mudah dilakukan. Perubahan budaya organisasi adalah hal yang memungkinkan dan memerlukan pemahaman, komitmen, dan alat.
Budaya yang kuat merupakan kunci kesuksesan sebuah organisasi. Budaya organisasi mengandung nilai-nilai yang harus dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan bersama oleh semua individu/kelompok yang terlibat didalamnya. Budaya organisasi yang berfungsi secara baik mampu untuk mengatasi permasalahan adaptasi eksternal dan integrasi internal. (Dharma, 2004). Perubahan di lingkungan eksternal organisasi, antara lain perubahan situasi politik, ekonomi, sosial serta lingkungan dalam persaingan yang sangat ketat. Perubahan situasi internal organisasi meliputi visi, misi, strategi, struktur organisasi, dan teknologi. Organisasi harus mengetahui bagian-bagian organisasi yang harus diubah agar tetap dapat bertahan dalam lingkungan yang terus berubah, seperti Weick yang menerapkan teori survival of the fittest Darwin’s ke organisasi.

Pengertian Budaya Organisasi
Sebagai suatu konsep, budaya telah memilki sejarah yang cukup panjang. Budaya telah digunakan sebagai sebuah kata untuk menunjukan suatu kecanggihan, misalnya ketika seseorang mengucapkan "Some one is very cultered” . Budaya telah digunakan oleh antropologis untuk menunjukan adat istiadat dan ritual yag dikembangkan oleh masyarakat sepanjang sejarahnya. Pada akhirnya budaya juga digunakan oleh para peneliti dan mnajer untuk menunjukan iklim dan praktek praktek yang telah dikembangkan oleh organisasi atau untuk menunjukan nilai-nilai dan kepercayaan dalam suatu organisasi.
Budaya, menurut Kluchohn, adalah seperangkat kebiasaan, pola fikir, perasaan dan reaksi yang mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil dalam menghadapi suatu masalah pada saat tertentu. Budaya organisasi tentunya juga dapat diterjemahkan seperti definisi tersebut yaitu sikap dan nilai-nilai, gaya manajemen, dan kebiasaan mengambil keputusan dari orang-orang yang ada di dalam organisasi perusahaan. Dengan demikian jelas memiliki keterkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengimplementasikan startegi yang telah ditetapkannya.

Umumnya kata-kata yang digunakan dan berkaitan dengan Budaya memberi penekanan pada salah satu aspek kritisnya. Ide bahwa hal-hal tertentu dalam group digunakan atau dijunjung bersama. Katagori utama dari fenomena-fenomena yang berkaitan dengan budaya itu adalah :
a. Kebiasaan perilaku ketika orang berinteraksi : Bahasa yang mereka gunakan, adat istiadat, dan tradisi yang berkembang, ritual-ritual yang dikembangkan dalam berbagai situasi.
b. Norma-Norma Grup : Standar-standar implicit dan nilai-nilai yang berkembang dalam lingkungan kerja grup, seperti norma mengenal aturan hari kerja dan aturan hari pembayaran yang berkembang diantara para pekerja.
c. Nilai-nilai ynag berlaku : Prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diumumkan yang menyatakan bahwa grup tersebut menyatakan akan mencapai suatu tujuan seperti Kualitas Produk atau Price Leadership.
d. Filosofi Formal : Kebijakan dan prinsip-prinsip ideologis yang memberi arah bagi aksi-aksi suatu grup kepada pemegang saham, karyawan, pelanggan dan pihak berkepentingan lainnya.
e. Aturan Main : Aturan-aturan yang tidak tertulis (implicit) untuk bekerja sama dalam organisasi, “aturan” yang harus dipelajari oleh anggota baru untuk dapat diterima sebagai anggota, “Aturan main bagaimanakah yang harus kita, gunakan dalam lingkungan kita”.
f. Iklim : Perasaan-perasaan yang terbawa dalam suatu grup melalui tata letak fisik dan cara-cara bagaimana anggota organisasi berinteraksi satu sama lainnya dengan pelanggan dan pihak luar.
g. Keterampilan tambahan : Kepentingan-kepentingan khusus dari para anggota grup terlihat di dalam penyelesaian tugas-tugas tertentu, kemampuan untuk melakukan hal tertentu yang diwariskan dari generasi ke generasi tanpa perlu dilakukan secara tertulis.
h. Kebiasaan dalam berfikir, model mental dan atau paradigma linguistik : Kerangka kognitif yang dipakai bersama yang mengarahkan persepsi, pemikiran, dan Bahasa yang digunakan oleh anggota grup dan diajarkan kepada anggota baru dalam tahap awal proses sosialisasi.
i. Pengertian-pengertian yang dipakai bersama : Pemahaman-pemahaman yang muncul yang diciptakan oleh para anggota grup ketika mereka berinterakksi satu sama lainnya.
j. Root Methapors atau symbol-simbol yang bersatu : Ide-ide, perasaan-perasaan, dan citra grup mengembangkan kharakter merek sendiri yang mungkin disadari atau tidak, tepapi menjadi bagian dalam bangunan dan tata letak dan benda-benda lain yang dimiliki.
Budaya organisasi dibangun dari kepercayaan yang dipegang teguh secara mendalam tentang bagaimana sebuah organisasi seharusnya dijalankan atau beroperasi. Budaya merupakan suatu system nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para pegawai berprilaku. Orang bisa saja sangat mampu dan efisien tanpa tergantung pada orang lain, tetapi perilakunya tidak sesuai dengan budaya organisasi, maka ia pun tidak akan bisa untuk sukses di dalam organsasi tersebut.

Arti Penting dan Peranan Budaya Organisasi
Pemahaman budaya organisasi sebagai kesepakatan bersama mengenai nilai-nilai yang mengikat semua individu dalam sebuah organisasi seharusnya nementukan batas-batas normatif perilaku angoota organisasi. Secara spesifik, peranan budaya organisasi adalah membantu menciptakan rasa memiliki terhadap organisasi, menciptakan jatidiri anggota organisasi, menciptakan keterikatan emosional antara organisasi dan karyawan yang terlibat di dalamnya, membantu menciptakan stabilitas organisasi sebagai sistem sosial dan menemukan pola pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma kebiasaan yang terbentuk dalam keseharian. Dengan demikian budaya organisasi berpengaruh kuat terhadap perilaku para anggotanya.
Sepuluh karakteristik yang menggambarkan esensi budaya organisasi, menurut Dharma, 2004:
1. Identitas anggota, dimana karyawan lebihmengidentifikasi organisasi secara menyeluruh;
2. Penekanaan kelompok, dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk seluruh kelompok dari pada individu;
3. Fokus orang, dimana keputusan manajemen memperhatikan dampak luaran yang dihasilkan oleh karyawan dalam organisasi;
4. Penyatuan unit, dimana unit-unit dalam organisasi didorong agar berfungsi dengan cara yang terkoordinasi atau bebas;
5. Pengendalian, dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan karyawan;
6. Toleransi resiko, dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif, inovatif dan mau mengambil resiko;
7. Kriteria ganjaran, dimana ganjaran seperti peringatan, pembayaran dan promosi lebih dialokasikan menurut kinerja karyawan dari pada senioritas, favoritisme atau faktor non-kinerja lainnya;
8. Toleransi konflik, dimana karyawan didorong dan diarahkan untuk menunjukkan konflik dan kritik secara terbuka;
9. Orientasi sarana tujuan, dimana manajemen lebih terfokus pada hasil atau luaran dari pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai luaran tersebut;
10. Fokus pada sistem terbuka, dimana organisasi memonitor dan merespons perubahan dalam lingkungan eksternal.
Gambaran karateristik tersebut akan memberikan gambaran mengenai budaya yang dianut. Gambaran ini menjadi landasan untuk menyamakan pemahaman bahwa anggota organisasi merasa memiliki organisasinya dan mendorong anggota organisasi agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut organisasi.

Peran Pemimpin dalam Budaya Organisasi
Ada kelompok yang beranggapan bahwa budaya organisasi merupakan variabel yang perlu di-manage. Dalam hal ini budaya organisasi dapat dapat diubah, walaupun harus disadari bahwa perubahan budaya bukan pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. (Dharma, 2004). Peran pimpinan dalam organisasi memantau sejauh mana budaya organisasi masih dapat berfungsi atau perlu dilakukan perubahan. Upaya ini penting untuk dilakukan karena tujuan membangun budaya organisasi bukan sekedar membedakan budayanya dengan budaya organisasi lain, juga bukan sekedar budaya yang dimiliki lemah atau kuat, tetapi lebih bertujuan agar dengan budaya yang dimiliki mampu membawa organisasi pada kinerja yang lebih baik. Oleh sebab itu manakala budaya organisasi tidak berfungsi dengan baik maka pihak manajemen harus segera turun tangan untuk mengatasi persoalan tersebut (Robertson, et. al., 1993).
Pimpinan dituntut kemampuannya untuk menerjemahkan perubahan dalam lingkungan eksternal maupun lingkungan internal organisasi, menjadi nilai-nilai utama bagi anggotanya. Upaya ini dapat dilakukan melalui artefak organisasi seperti sistem-sistem SDM dan oprasional, struktur organisasi, bahkan desain bangunan dan tata ruang kantor (Jalal, 2000). Proses perubahan ini akan sukses apabila pimpinan mampu melakukan perubahan secara terencana, sehingga semua anggota mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk beradaptasi dengan perubahan.
Sementara itu Thusman dan O’Reilly (1997) mengajukan enam langkah dalam menelaah secara terus menerus budaya sebuah organisasi:
1. Lakukan identifikasi terhadap tantangan strategi untuk masa yang akan datang. Langkah ini dimaksudkan untuk memproyeksikan di masa depan yang seharusnya diterapkan oleh sebuah organisasi. Strategi di masa depan boleh jadi berbeda dengan strategi yang diterapkan sekarang karena lingkungan eksternal yang selalu berubah.
2. Kaitkan strategi untuk menghadapi tantangan masa datang tersebut dengan tugas-tugas pokok yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan strategi. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan tugas-tugas penting yang harus dijalankan demi suksesnya strategi tersebut.
3. Lakukan identifikasi terhadap norma dan tata nilai yang diyakini dapat membantu menyelesaikan tugas-tugas pokok diatas. Tugas-tugas penting pada point 2 boleh jadi menuntut perubahan norma perilaku dan tata nilai baru. Oleh karena itu pada tahap ini perlu ditegaskan norma perilaku dan tat nilai baru seperti apa yang diperlukan di masa datang.
4. Lakukan diagnosis terhadap norma-norma organisasi yang mencerminkan budaya berjalan. Diagnosis terhadap norma perilaku dan tata nilai berjalan dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti apakah norma perilaku dan tata nilai masih cocok untuk kondisi masa datang.
5. Lakukan identifikasi apakah terjadi kesenjangan antara norma yang dibutuhkan dengan norma berjalan. Boleh jadi norma perilaku dan tata nilai berjalan tidak lagi cocok untuk masa datang. Oleh karena itu tahapan ini dimaksudkan untuk meminimalisasi sejauh mungkin kesenjangan antara budaya berjalan dengan budaya yang diperlukan untuk masa datang.
6. Putuskan untuk melakukan tindakan untuk menutup kesenjangan tersebut. Langkah terakhir adalah mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya kesenjangan antara budaya berjalan dan budaya di masa datang sehingga perusahaan bisa melakukan tindakan antisipatif dan korektif.
Penelaahan budaya suatu organisasi ini perlu dilakukan oleh pimpinan secara periodikal karena lingkungan selalu berubah, yang diartikan pula bahwa budaya organisasi dalam batas-batas tertentu harus bisa menyesuaikan diri. Penelaahan ini tentu saja melibatkan semua yang terlibat dalam organisasi (stakeholder). Proses kreasi dan manajemen budaya secara dinamis merupakan esensi kepemimpinan dan pada gilirannya merupakan bukti nyata bahwa kepemimpinan dan budaya merupakan dua sisi dari satu mata uang. Budaya bermula dari pemimpin yang nenanamkan nilai-nilai dan asumsi yang dianut ke dalam kelompoknya. Jika suatu organisasi sukses dan asumsi-asumsi yang dibuat dapat diterima oleh anggotanya, maka organisasi tersebut memiliki budaya yang dapat diperkenalkan kepada anggota baru mengenai bentuk kepemimpinan yang dapat diterima (Maxwell, 1995).

Analisis Budaya Organisasi
Karena budaya mempunyai kaitan yang erat dengan penerapan strategi maka diperlukan untuk melakukan analisis terhadap perubahan yang terjadi dialam perusahaan dengan dukungan budaya yang diperlukan dalam mendukung perubahan tersebut. Selain adanya pengukuran terhadaop berapa pentingnya tindakan-tindakan implementasi yang ada, factor lain yang perlu mendapat perhatian yang serius adalah tingkat kompatibalitas dari tindakan tersebut dengan kultur perusahaan. Dan untuk pengukuran ini kita biasanya dihadapkan pada 3 pertanyaan yaitu :
a. Seberapa besarkah perubahan yang akan terjadi pada aktifitas perusahaan?
b. Seberapa besarkah budaya perusahaan akan mampu untuk beradaptasi?
c. Bagaimanakah tingkat keahlian dari manajemen yang ada?
Budaya perusahaan memiliki resiko untuk menjadi unacceptable risk. Jika hal ini terjadi, maka manajemen perusahaan harus meneliti pilihan-pilihan yang ada untuk mengubah resiko tersebut menjadi sesuatu yang dapat dikelola. Pilihan yang akan diambil oleh manajemen sangat tergantung dari strategi yang akan diimplementasikan. Pilihan-pilihan tersebut diantaranya adalah :
a. Tidak menghiraukan budaya perusahaan.
b. Mengubah budaya perusahaan agar sesuai dengan strategi.
c. Mengubah strategi agar sesuai dengan budaya perusahaan.
Dalam memanajemni hubungan antara strategi dengan budaya dapat dilakukan dengan mengidentifikasi empat situasi dasar yang mungkin dihadapi perusahaan. Seperti berapa besarkah perubahan terjadi di bandingkan dengan seberapa sesuaikan budaya yang ada. Terdapat empat kemungkinan kondisi yaitu :
1. Perubahan yang terjadi banyak dengan kesesuaian budaya sangat tinggi juga.
2. Perubahan yang terjadi banyak dengan kesesuaian budaya yang rendah.
3. Perubahan yang terjadi sedikit dengan kesesuaian yang tinggi.
4. Perubahan yang terjadi sedikit dengan kesesuaian yang randah.
Masing-masing kondisi tentunya memerlukan tindakan manajemen yang berbeda-beda dalam upaya untuk melakukan pengelolaan bidaya perusahaan dan startegi yang akan dijalankan. Berikut ini akan disajikan tabel ke empat kondisi tersebut beserta tindakan yang mungkin dilakukan manajemen perusahaan.
Perubahan pada faktor organisasi dan kesesuaian budaya:
a. Banyak – Tinggi. Kaitkan perubahan dengan misi pokok dan norma-norma organisasi yang fundamental.
b. Banyak – Rendah. Reformulasi strategi atau siapkan diri secara cermat menghadap perubahan jangka panjang yang sulit
c. Sedikit – Tinggi. Sinergistik-fokus pada meneguhkan budaya
d. Sedikit – Rendah. Manajemen berdasarkan budaya

Konsep Strategi Perubahan
Dengan pengertian bahwa budaya organisasi terdiri dari beberapa tingkatan. Kita dapat melihat, bahwa kesesuaian di antara nilai-nilai utama yang diinginkan oleh suatu organisasi dengan asumsi dasar yang telah dimiliki oleh para anggota organisasi, akan mempermudah proses artikulasi dari nilai-nilai tersebut sehingga menjadi perilaku. Oleh karena itu, setiap keputusan strategik untuk melakukan suatu perubahan dalam organisasi harus mencakup pemikiran dan tindakan yang memperhitungkan kepercayaan dan nilai-nilai yang berkaitan dan artefak-artefak yang merupakan manifestasinya.
Pettigrew (1999) memperkenalkan kerangka analisa bagi budaya organisasi dan perubahan budaya organisasi melalui suatu pendekatan. Pendekatan ini dimulai dengan menganalisis perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi, diantaranya perubahan dalam situasi, politik, ekonomi, sosial serta lingkungan dalam berkompetisi. Setelah membandingkan tuntutan perubahan dari eksternal dengan situasi internal organisasi seperti visi, strategi, struktur organisasi, teknologi maupun persepsi organisasi tentang persaingan dan pasar. Organisasi akan dapat mengetahui bagian-bagian dari organisasi yang harus mengalami perubahan.
Dari hasil analisis konteks perubahan, dapat diketahui perubahan yang harus dilakukan oleh suatu organisasi misalnya teknologi yang dipergunakan, produk yang dihasilkan, maupun posisi persaingan dari organisasi. Beberapa pendekatan strategi usaha yang ada, terkonsentrasi pada usaha-usaha untuk menyelaraskan antara konteks dan isi perubahan sehingga mendorong organisasi untuk merencanakan perubahan yang tidak didukung oleh anggota organisasi. Untuk menghindari itu Pettigrew menyarankan untuk mempertimbangkan beberapa masalah sebelum menetapkan rencana perubahan, diantaranya:
a. Mempertimbangkan tingkatan atau wujud budaya yang perlu diubah. Apakah diperlukan perubahan hingga tingkatan asumsi dasar atau kepercayaan yang dimiliki anggota organisasi mengenai cara organisasi tersebut menghadapi lingkungan eksternalnya.? Tentunya organisasi memerlukan rencana yang berbeda apabila ingin melakukan perubahan terhadap kepercayaan anggota organisasi yang kita ketahui lebih sulit diubah, daripada manifestasinya seperti struktur organisasi atau sistem yang ada.
b. Mempertimbangkan keluasan dari budaya organisasi yang perlu diubah. Organisasi tidak dapat melihat perubahan hanya dari sudut pandang anggota organisasi, hubungan di antara mereka dan apa yang dipercayai. Organisasi juga harus mempertimbangkan pandangan anggota organisasinya terhadap artefak yang ada misalnya, pandangan anggota organisasi terhadap produk yang dihasilkan, struktur organisasi, sistem rekrutmen, sosialisasi ataupun sistem penghargaan.
Perencanaan dari suatu perubahan tidak akan berhasil dalam prosesnya, apabila organisasi tidak mau menyadari bahwa tingkatan yang paling dalam dan penting dalam budaya organisasi adalah asumsi dasar dan kepercayaan utama (core beliefs) dari manajemen puncaknya. Proses perubahan akan sukses apabila manajemen puncak mampu melakukan perubahan yang terencana, sehingga semua anggota organisasi mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk beradaptasi dengan semua perubahan. Para ahli old human relationship mengenal perubahan yang dibagi atas tiga bagian yaitu : perubahan struktural, perubahan teknikal dan perubahan SDM. Maka perubahan terencana yang dituntut pada tahap ini harus dilakukan pada semua artefak yang tidak selaras dengan nilai-nilai utama yang dituntut oleh tahap isi perubahan secara berkaitan. Sehingga tidaklah mungkin suatu perubahan di dalam organisasi akan berhasil apabila proses perubahannya dilakukan sebagian-sebagian.
Lewis (1998) mengingatkan kita untuk tidak terjebak pada pemikiran bahwa budaya organisasi mampu menjawab semua permasalahan di dalam organisasi pemikiran. Konsep ini akan lebih tepat apabila dipergunakan sebagai suatu bagian dari strategik dalam organisasi.

Implementasi Strategi Budaya Organisasi
Apa yang dilakukan manusia dalam kehidupan merupakan manifestasi dari suatu kebudayaan yang dianutnya. Begitu juga dengan organisasi sebagai sekumpulan orang-orang yang sedang beraktifitas.tentunya juga memiliki suatu budaya. Bagaimana sesuatu dilakukan sangat dipengaruhi oleh budaya yang berkembang di dalam organisasi. Budaya organisasi ini akan memiliki dampak pada efektifitas dan efisiensi orgnisasi Oleh karenma itu, menganalisis budaya organisasi juga merupakan bagian penting guna memperoleh pemahaman sepenuhnya tentang pelaksanaan strategi oleh sebuah organisasi.
Budaya oraganisasi adalah sesuatu sangat kompleks dan sulit untuk dipahami, seperti hanya sekedar memahami struktur organisasi. Struktur dilihat dari sisi yang bersifat formal dan diatur, sedangkan budaya organisasi, selain yang dibentuk juga merupakan sesuatu yang terbentuk dari berbagai interaksi yang terjadi antara anggotanya di dalam organisasi maupun di luar organisasi. Budaya perusahaan merupakan komponen perilaku dan berfikir dari orang-orang yang ada di dalam organisasi dan organisasi itu sendiri sehingga melahirkan strategi dan penerapan strategi yang sesuai. Makanya tidak semua strategi sesuai dengan suatu budaya yang sudah terbentuk, makanya diperlukan tindakan penyesuaian terhadap budaya atau berupaya untuk membentuk suatu budaya yang baik bagi strategi perusahaan.
Ada tiga strategi penting yang dilakukan dalam perubahan budaya organisasi.
1. Sebelum organisasi bisa merubah budayanya, pertama harus memahami budaya yang ada, atau menggunakan cara yang ada saat ini.
2. Setelah memahami budaya organisasi yang ada saat ini, organisasi Anda dimasa datang, dan putuskan bagaimana budaya organisasi bisa mendukung kesuksesan. Visi apa yang dimiliki organisasi untuk masa depannya dan bagaimana seharusnya perubahan budaya bisa mendukung pemenuhan visi tersebut?
3. Individu dalam organisasi harus memutuskan untuk merubah perilaku mereka untuk menciptakan budaya organisasi yang diinginkan. Ini adalah langkah tersulit dalam perubahan budaya.
Ada komponen penting lainnya yang diperlukan strategi dalam perubahan budaya organisasi adalah dapat tercapai dan memberikan dampak positif terhadap organisasi :
1. Menciptakan pernyataan nilai dan kepercayaan: gunakan fokus karyawan pada kelompok, dengan departemen untuk meletakkan misi, visi, dan nilai-nilai kedalam kata-kata yang menyatakan pengaruh di masing-masing pekerjaan karyawan.
2. Mempraktekkan komunikasi yang efektif: membuat semua karyawan mendapatkan informasi terkait dengan proses perubahan budaya organisasi memastikan akan komitmen dan keberhasilan. Dengan mengatakan pada karyawan apa yang diharapkan dari mereka adalah penting untuk perubahan budaya organisasi yang efektif.
3. Review struktur organisasi: perubahan struktur organisasi secara fisik untuk memenuhi keinginan budaya organisasi yang diperlukan. Misalnya, dalam perusahaan kecil, empat unit bisnis yang berbeda berkompetisi dalam hal produk, pelanggan, dan sumber dukungan internal, mungkin tidak akan mendukung penciptaan budaya organisasi yang efektif. Unit-unit ini seperti tidak mendukung kesuksean bisnis secara keseluruhan.
4. Desain ulang pendekatan terhadap reward dan pengakuan: Anda perlu mengubah sistem reward untuk mendorong perilaku penting yang diinginkan dalam budaya organisasi.
5. Review semua sistem kerja Anda, seperti promosi karyawan, manajemen kinerja, dan pemilihan karyawan untuk memastikan mereka sesuai dengan budaya yang diinginkan. Misalnya, Anda tidak bisa memberikan reward kinerja individu jika persyaratan budaya organisasi menentapkan team work.
Sumber: www.humanresources.about.com

Analisis Perubahan Lingkungan
Perubahan akan selalu terjadi, dan pada era globalisasu perubahan berlangsung dengan cepat dan dalam intensitas yang tingi pula. Perubahan itu juga terjadi pada lingkungan bisnis baik yang memberikan pengaruh baik maupun memberikan pengaruh buruk. Perubahan pada lingkungan tersebut harus terus diantisipasi karena pengaruh yang signifikan akan menentukan koreksi yang harus dilakukan terhadap strategi atau bahkan mungkin juga dapat mempengaruhi visi dan misi perusahaan. Analisa lingkungan adalah proses monitoring terhadap lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasikan peluang dan tantangan yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Tujuan dilakukannya analisa lingkungan adalah agar organisasi dapat mengantisipasi lingkungan organisasi sehingga dapat bereaksi secara cepat dan tepat untuk kesuksesan organisasi. Untuk maksud tersebut, banyak sekali pengelompokkan variabel yang diperkirakan berpengaruh nyata terhadap pencapaian tujuan organisasi (George dan Jones, 2002).
1. Analisis Lingkungan Internal
Perusahaan tentunya akan berusahaan untuk memanfaatkan peluang serta mengatasi ancaman yang bakal dihadapi tersebut dengan kekuatan yan dimilikinya. Jika perusahaan memiliki kekuatan yang memadai maka peluang akan dapat diambil dan ancaman akan dapat diatasi dengan baik. Tetapi jika perusahaan memiliki kelemahan, maka diperlukan upaya tertentu untuk mengatasi kelemahan itu sendiri sehinggan peluang dan ancaman yang ada tetap dapat dimanfaatkan serta tidak mengganggu kondisi perusahaan. Perusahaan harus mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta apa yang bisa dikembangkan untuk masa yang akan datang. Itu akan terdeteksi setelah perusahaan melakukan analisis terhadap lingkungan internal perusahaan. Jadi analisis internal merupakan suatu proses untuk menemukan aspekaspek internal/variabel internal perusahaan yang diperlukan dalam menghadapi lingkungan eksternalnya dan mengevaluasinya pakah berada dalam posisi yang kuat atau lemah.
a. Proses Analisis Lingkungan Internal
Seperti yang disinggung diatas bahwa analisis lingkungan internal merupakan suatu proses mengidentifikasi variable internal merupakan alat untuk menemukan bagianbagian internal yang diperlukan tersebut. Langkah ini sangat penting, karena jangan sampai ada bagian/variabel internal yang penting terlewatkan untuk dianalisis sehingga manajer kehilangan informasi mengenai posisi kekuatan ataupun kelemahannya. Jika itu terjadi berarti akan mengakibatkan tidak termanfaatkannya dengan baik kekuatan yang ada atau tidak tertanganinya kelemahan perusahaan yang mungkin memiliki dampak terhadap posisi bersaing dan masa depan perusahaan.
Setelah menemukan variabel yang perlu dianalisis,maka barulah kajian terhadap variabel tersebut dapat dilakukan. Kajiankajian ini dapat dilakukan dengan berbagai macam seperti yang akan dibahas pada sub bab berikut. Kajian ini akhirnya akan menghasilkan informasi tenatang ekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Semua hasil tentunya disusun dalam sebuah ringkasan sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami secara singkat.
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan di dalam mengidenfikasi variable internal yaitu :
• Pendekatan fungsional.
Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang sangat sederhana dan paling pertama kali dikenal dibanding pendekatan lainnya. Menurut pendekatan ini, profil perusahaan (kekuatan dan kelemahan) perusahaan dapat dilihat pada berbagai fungsi bisnis yang ada seperti fungsi pemasaran, produksi/operasi, keuangan, sumber daya manusia, riset/pengembangan, sistem informasi dan budaya perusahaan. Dengan memperhatikan fungsi fungsi tersebut dibuatlah daftar variable-variabel yang terdapat pada masing-masing fungsi yang merupakan variabel kunci bagi keunggulan fungsi tersebut dan juga keunggulan perusahaan secara keseluruhan nantinya. Pada prakteknya, analisis internal dengan pendekatan fungsional ini didapati penekanan-penekanan analisis pada variable-variabel dan fungsi bisnis tertentu.
• Pendekatan Competitive Advantage.
Pokok fikiran pendekatan ini disampaikan pertama kali oleh Lee Tom Perry pada 1990an dengan pokok pikiran bagaimana menghadapi lingkungan bisnis yang semakin turbulen dengan suatu pendekatan baru. Pendekatan ini juga menggunakan prinsip disagregasi perusahaan dengan cara mengelompokan aktifitas atas beberapa jenis yaitu :
a. Aktifitas Pembentuk Keunggulan bersaing.
b. Aktifitas penunjang pembentuk nilai tambah.
c. Aktifitas penunjang utama.
d. Aktifitas tidak esensial.
Perry menyatakan bahwa kelompok aktifitas yang pertama perlu menjadi perhatian. Dengan memberikan perhatian pada aktifitas pertama dan mendapatkan aktifitas kuncinya, maka perusahaan dapat menciptakan kekuatan yang khas dan sulit untuk tertandingi oleh pesaing. Untuk menentukan aktifitas kunci perlu juga membedakan orientasi perusahaan yaitu orientasi produk, orientasi pasar dan orientasi tekhnology. Secara umum aktifitas yang dilakukan pada setiap Secara umum aktifitas yang dilakukan pada setiap usahaan yang berorientasi berbeda tidak banyak perbedaan hanya saja berbeda pada penekanan aktifitas perusahaan (Luzwick dan Kovacich, 2002).

• Pendekatan Rantai Nilai (value Chain)
Prinsip diragregasi perusahaan juga digunakan pada pendekatan ini, sama seperti pendekatan yang di atas. Pendekatan ini digagas oleh Michel Porter pad. tahun 1980an atau lebih tua dibanding pendekatan keunggulan bersaing. Pada pendekatan ini untuk memperoleh tingkat margin diperlukan aktifitas bisnis yang dikelompokan atas :
a. Aktifitas utama
b. Aktifitas peninjang
Aktifitas aktifitas utama perlu untuk diperhatikan agar bekerja dengan baik serta dukungan oleh aktifitas penunjang. Dengan memperhatikan setiap aktifitas dan keketerkaitan antar masing-masing, maka diharapkan perusahaan dapat meningkatkan kinerja masing-masing aktifitas dan menciptakan sinergi agar terciptanya keunggulan perusahaan.

• Pendekatan PIMS (Profit Impact of Marketing Strategy).
Pendekatan yang diperkenalkan oleh General Electric (GE) ini mencoba untuk mencari tahu factor-faktor strategis yang berpengaruh terhadap besarnya ROI (return on Investment) dengan menggunakan model regresi. Model ini dikembangkan lebih lanjut oleh Harvard Busines Scholl, Marketing Science Institute dan Strategic Planning Insttitute. SPI mengemuka beberapa hal yang mempengaruhi kekuatan dan kelemahan perusahaan yaitu :
a. Intensitas investasi
b. Pangsa pasar
c. Pertumbuhan pasar
d. Daur kehudupan produk
e. Rasio biaya pemasaran dan besarnya penjualan

• Pendekatan 7 S McKinsey
Pendekatan ini menjelaskan bahwa terdapat beberapa variabel organisasi yang mempengaruhi terhadap keberhasilan organisas, yaitu :
a. Strategy
b. Structure
c. System
d. Staff
e. Style
f. Skill
g. Share Value
Manajemen dituntut untuk menggerakan semua variabel itu dengan gerakan yang seirama dan berada dalam suatu keseimbangan yang dinamis. Jika itu dapat dilakukan maka perusahaan dapat berada dalam suatu kondisi yang sanga memunglcinkan untuk memiliki keunggulan bersaing. Dengan menggunakan konsep ini, analisis internal lebih menekankan bagaimana kondisi setiap variabel tersebut dan menilainya apakah dalam kondisi lemah atau kuat.
Selain pendekatan diatas juga terdapat beberapa pendekatan lain yang tidak banyak digunakan dibandingkan dengan pendekatan di atas. Seperti, pendekatan manajemen yang melihat profil perusahaan berdasarkan proses mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Selain itu juga ada pendekatan yang memberi penekanan pada aspek manusia dalam perusahaan yang berkembang seiiring dengan dikenalnya teori Y.

b. Dimensi Analisa Lingkungan Internal
Setiap perusahaan perlu untuk meningkatkan kekuatan internalnya dalam berhadapan dengan persaingan. Pada dasarnya keunggulan bersaing yang diperlukan adalah keunggulan yang bersifat terus menerus sehingga perusahaan dapat bertahan dan berkembang di dalam limgkungannya. Keunggulan ini biasa disebut dengan Sustainable Competitive Advantage (SCA). Untuk mengembangkan keunggulan internal ini terdapat 3 komponen lingkungan internal yang penting yaitu :
1. Resource
2. Capabilities
3. Core Competencies
Core Competencies adalah dasar dari pengembangan kekuatan internal perusahaan untuk dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan (SCA). Faktor utama pembentuk Core Competencies ini adalah Capabilities. Sedangkan Capabilities diperoleh dari Resource yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan perusahaan. Analisis internal perusahaan seyogyanya juga memperhatikan aspek ini. Sumber daya sering diartikan sebagai input yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi dapat dikelompokan atas :
1. Tangible resource adalah yang mudah untuk diidentifikasi dan dievaluasi serta dapal dilihat pada laporan keuangan yang meliputi sumber daya dana, fasilitas fisik, peralatan dan lain-lain.
2. Intangibel resource adalah sesuatu yang sulit untuk diidentifikasi dan dievaluasi seperti teknologi, reputasi, inovasi dan kreatifitas.
3. Human Resource sengaja dipisahkan karena memiliki keunikan tersendiri dan dipelajari dalam bidang tersendiri.
Capability adalah sekumpulan resource yang menampilkan suatu tugas atau aktifitas tertentu secara integratif Pendekatan identifikasi diatas dapat dilakukan untuk ananlisis variabel ini seperti pendekatan fungsional dan rantai nilai. Kombinasi resource yang optimal akan menciptakan sinergi dan kapabilitas perusahaan yang lebih baik. Core Competencies adalah sesuatu yang dibangun berdasarkan capabilities dan Resource perusahaan sehingga membuat perusahaan dapat berjalan dengar baik.

2. Analisis Lingkungan Eksternal
Bisa dikatakan sebagai komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar organisasi/perusahaan. Komponen tersebut cenderung berada diluar jangkauan organisasi, artinya organisasi/perusahaan tidak dapat melakukan intervensi terhadap komponen tersebut. Komponen tersebut lebih cenderung diperlakukan sebagai sesuatu yang given atau mau tidak mau harus diterima, tinggal bagaimana organisasi berkompromi atau menyiasati komponen tersebut.
a. Dimensi Analisa Lingkungan Eksternal
Teknologi
Salah satu dimensi dalam analisis lingkungan adalah trend perubahan teknologi atau penerapan teknologi yang berkembang di pasar atau industri yang selanjutnya akan mempengaruhi strategi. Perubahan teknologi akan menghadirkan peluang dan sebaliknya adanya alternatif teknologi baru juga akan menghadirkan ancaman. Sebagai contoh, industri televisi kabel, yang mempermudah dan lebih jelas dalam menikmati siaran televisi di rumah dibanding televisi dengan bantuan dari sinyal satelit (Foster dan Kaplan, 2000).

Dampak Teknologi Baru
Hal ini merupakan masalah penting, kadang-kadang justru menjadi masalah kritis untuk mengatasi transisi perubahan ke teknologi baru. Karena kadang-kadang teknologi suatu saat bisnis ada yang sukses tetapi kadang juga justru tiba-tiba menjadikan bisnis menjadi tidak sehat. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam memprediksi dampak teknologi baru. Pertama, penjualan produk dengan teknologi lama tetap dilanjutkan untuk waktu tertentu, karena dengan demikian perusahaan akan dapat mengantisipasinya. Perubahan teknologi tidak sekaligus langsung berpengaruh dalam suatu produk tetapi masih perlu waktu. Kedua, adalah relatif sulit untuk memprediksi hasil nyata dari suatu teknologi baru, karena butuh studi yang mahal untuk pemanfaatan pertama kalinya. Biasanya pemanfaat berjalan dari sebagian pasar atau produk, tidak langsung seluruh produk akan berubah.

Daur Hidup Teknologi.
Beberapa teknologi memiliki daur hidup. Sebagai contoh dalam industri printer komputer, yaitu printer dot matrix dan ink jet systems mengalami penurunan dan printer laser mengalami masa pertumbuhan, sementara teknologi lainnya baru akan mulai. Foster dan Kaplan (2000) mengajukan tiga tanda-tanda suatu teknologi akan memasuki masa penurunan dan siap untuk diganti yang lain :
1. Tingkat kinerjanya mendekati kendala secara phisik.
2. R & D hasi kerjanya menjadi tidak efektif dan orientasi kerjanya lebih banyak pada prosesnya dari pada menghasilkan suatu produk baru.
3. Sebagian kecil pesaing ber ekperimen dengan teknologi alternativ yang kelihatannya beresiko dan tidak ekonomis.

Pemerintah
Adanya perubahan dan munculnya undang-undang atau peraturan baru dapat menampilkan ancaman dan peluang. Ada Contoh : beberapa produk bahan makanan atau kosmetik memperlihatkan damapak yang dramatis terhapa strategi berbagai perusahaan. Adanya deregulasi perbankan mempun-yai pengaruh yang terhadap maraknya industri perbankan. Ada suatu studi yang menyatakan bahwa isu-isu yang dikeluarkan pemerintah akan berdampak dalam putaran delapan tahunan.

Ekonomi
Evaluasi strategi termasuk mempertimbangkan tentang ekonomi, terutama inflasi dan dasar kondisi kesehatan ekonomi yang diukur dari tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Investasi pada industri padat modal membutuhkan waktu yang tepat pada situasi ekonomi yang sehat daripada saat ekonomi lesu. Biasanya dalam kenyataan lapangan cukup dengan melihat kondisi ekonomi pada umunya akan dapat mengukur kesehatan ekonomi industri individual.

Kebudayaan
Bahwa arah perubahan budaya dapat mendatangkan ancaman dan peluang sepanjang ada kesuaian dengan peru-sahaan. Pendirian toko pengecer pakaian akan sangat baik didasarkan studi tentang proyeksi gaya hidup wanita. Bahwa mereka sering keluar rumah untuk mengisi waktu luang dengan berbelanja dan lebih banyak bekerja untuk mendapatkan jabatan. Mereka masing-masing mempunyai kesimpulan yang ada hubungannya dengan perancang pakaian produk terkenal dan strategi harga .

Demografi
Tren demografi dapat menjadi kekuatan utama yang mendasari kekuatan pasar. Beberapa varabel demograpi meliputi umur, pendapatan, pendidikan dan letak grograpi. Apakah faktor demografis mempengaruhi arah ukuran pasar atau bagian pasar ? Apakah demografis menunjukkan peluang atau ancaman. Gerakan bisnis dan populasi kedalam luas yang berbeda pada suatu negara mempunyai implikasi pada beberapa pelayanan organisasi seperti pada komisi kamar dagang pengusaha realistis dan perubahan asuransi. Lebih jauh kebangkitan luas urban di pusat kota telah mempun-yai implikasi pertimbangan kepada develeper real estate dan pengecer seperti pada awal perkembangan daerah pinggiran.

Referensi
Andrew M. Pettigrew and Evelyn M. Fenton, (2001), The Innovating Organisation, Journal of Industrial and Commercial Training, vol. 33, issue 4

Dharma, Surya dan Haedar Akib. (2004). Budaya organisasi kreatif: mencermati budaya organisasi sebagai faktor determinan kreativitas. Usahawan, Vol. 33 (03) Maret: 22-28

Foster, Richard N. dan Sarah Kaplan. (2000), Creative Destruction: Why Companies that are Built to Last Underperform the Market - And how to Successfully Transform Them. Currency publisher.

George, Jenifer M., Gareth R Jones, (2002), Organizational Behavior, 3rd edition, Prentice Hall International Incorporation, New Jersey.

Jalal, Octa Melia. (2000). Budaya organisasi sebagai konsep strategi perubahan. Manajemen, Juli: 26-28.

Lewis, Glinert. (2000). Quality performance and organizational culture: A New Zealand study, International Journal of Quality & Reliability Management, Vol. 17, Issue 1, Hal, 14-26

Maxwell, John C., Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda (terjemahan), Jakarta: Binarupa Aksara, 1995.

Perry G. Luzwick dan Gerald L. Kovacich (2002), Global Information Warfare: How Businesses, Governments, and Others Achieve Objectives and Attain Competitive Advantages (Paperback), 1 edition, AUERBACH.

Pettigrew, Andrew M. (1999), Strategists on the Board, Journal Organization studies, Vol. 20. No. 1. Hal. 47 – 74.

Robertson, P. J., Roberts, D. R., dan Porras, J. I., (1993) “Dynamics of Planned Organizational Change: Assessing Empirical Support for a Theoretical Model,” Academy of Management Journal .

Tushman, M.L., O'Relly, C.A. III (1997), Winning through Innovation: A Practice Guide to Leading Organizational Change and Renewal, Harvard Business School Press, Boston, MA .

www.humanresources.about.com

Minggu, 03 Oktober 2010

Jenis Penelitian

Kemampuan peneliti untuk menyusun kerangka teoritis akan sangat terkait dengan upaya penelusuran studi kepustakaan, sebagai upaya memperoleh sejumlah referensi yang mendukung dan tepat untuk membahas lingkup kajian penelitian yang dilakukan. Selanjutnya kerangka teoritis yang disusun akan bermanfaat pada saat peneliti menentukan hipotesis penelitian.

1. Studi Kepustakaan
Setelah seorang peneliti telah menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan: teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Keseluruhan upaya tersebut, dikatakan sebagai upaya Studi Kepustakaan untuk penelitian.
Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli, diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, dan tinjuan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian. Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.
Studi kepustakaan mempunyai beberapa fungsi, meliputi:
Menyediakan kerangka konsepsi atau teori untuk penelitian yang direncanakan.
Menyediakan informasi tentang penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Memberi rasa percaya diri bagi peneliti, karena melalui kajian pustaka semua konstruksi yang berhubungan dengan penelitian telah tersedia.
Memberi informasi tentang metode-metode, populasi dan sampel, instrumen, dan analisis data yang digunakan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Menyediakan temuan, kesimpulan penelitian yang dihubungkan dengan penemuan dan kesimpulan kita.
Studi kepustakaan dari sumbernya dibedakan menjadi dua bagian yaitu: kepustakaan konseptual dan kepustakaan penelitian. Kepustakaan konseptual meliputi konsep-konsep atau teori-teori yang ada pada buku-buku dan artikel yang ditulis oleh para ahli yang dalam penyampaiannya sangat ditentukan oleh ide-ide atau pengalaman para ahli tersebut. Sebaliknya kepustakaan penelitian meliputi laporan penelitian yang telah diterbitkan baik pada jurnal maupun majalah ilmiah.
Bagi para pemula disarankan untuk menggunakan studi kepustakaan yang berasal dari kepustakaan konseptual, untuk lebih memudahkan dalam merangkum dan mengkategorikan teori, sesuai dengan kebutuhan pada saat akan membuat kerangka konseptual.
Didasarkan pada hal tersebut di atas, maka ada beberapa strategi dalam menyampaikan studi kepustakaan:
Ungkapkan kajian pustaka yang benar-benar terkait erat dengan variabel penelitian.
Ungkapkan kajian pustaka dengan urutan dari mulai paparan variabel bebas sampai dengan variabel terikat atau ungkapkan dari variabel yang cakupannya umum dan luas ke arah variabel yang spesifik. Tentu saja secara luas dan nampak saling menyapa antar paparan variabel tersebut dan bukan merupakan kumpulan kutipan sehingga tidak menjadi suatu pola pemikiran yang menyeluruh.
Dapat diungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik sampel dan demografinya, bila memang dibutuhkan.

2. Kerangka Konsep
Penentuan kerangka konseptual oleh peneliti akan sangat membantu dalam menentukan arah kebijakan dalam pelaksanaan penelitian. Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan.
Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu, konsep tidak dapat diamati dan diukur secara langsung. Agar supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel.
Dengan adanya kerangka konseptual akan bermanfaat bagi:
Minat penelitian akan lebih terfokus ke dalam bentuk yang layak diuji dan akan memudahkan penyusunan hipotesis.
Memudahkan identifikasi fungsi variabel penelitian, baik sebagai variabel bebas, tergantung, kendali, dan variabel lainnya.
Contoh “pendidikan” adalah konsep. Agar dapat diukur maka dijabarkan dalam bentuk variabel, misalnya “tingkat pendidikan atau jenis pendidikan”. “Ekonomi keluarga” adalah konsep, maka diubah menjadi variabel “tingkat penghasilan”. Kedua konsep tersebut dapat disebut sebagai variabel bebas.

Cara yang terbaik untuk mengembangkan kerangka konseptual tentu saja harus memperkaya asumsi-asumsi dasar yang berasal dari bahan-bahan referensi yang digunakan. Hal ini dapat diperkuat dengan mengadakan amatan-amatan langsung pada lingkup area masalah yang akan dijadikan penelitian. Dengan demikian kerangka konseptual yang dibuat merupakan paduan yang harmonis antara hasil pemikiran dari konsep-konsep (deduksi) dan hasil empirikal (induksi).
Pola berpikir deduksi adalah proses logika yang berdasar dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan. Pola pikir induksi adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah menjadi suatu rangkuman hubungan atau suatu generalisasi.

3. Merumuskan Hipotesis
3.1 Pengertian hipotesis
Menyusun landasan teori juga merupakan langkah penting untuk membangun suatu hipotesis. Landasan teori yang dipilih haruslah sesuai dengan ruang lingkup permasalahan. Landasan teoritis ini akan menjadi suatu asumsi dasar peneliti dan sangat berguna pada saat menentukan suatu hipotesis penelitian.
Peneliti harus selalu bersikap terbuka terhadap fakta dan kesimpulan terdahulu baik yang memperkuat maupun yang bertentangan dengan prediksinya. Jadi, dalam hal ini telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hipotesis penelitian dapat dirumuskan melalui jalur:
Membaca dan menelaah ulang (reviu) teori dan konsep-konsep yang membahas variabel-variabel penelitian dan hubungannya dengan proses berfikir deduktif.
Membaca dan mereviu temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian lewat berfikir induktif.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau ingin kita pelajari. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Oleh karena itu, perumusan hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian.

3.2 Manfaat Hipotesis
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:
Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Oleh karena itu kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat tergantung pada:
Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
Imajinasi dan pemikiran kreativ dari si peneliti.
Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.
Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.

3.3 Ciri hipotesis yang baik
Perumusan hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif, bukan kalimat pertanyaan.
2. Hipotesis berisi penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua variabel penelitian.
3. Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.
4. Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat duji secara spesifik menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh antar variabel termaksud.
5. Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian.

Beberapa contoh hipotesis penelitian yang memenuhi kriteria yang tersebut di atas:
1. Olahraga teratur dengan dosis rendah selama 2 bulan dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan pada pasien IDDM.
2. Pemberian tambahan susu sebanyak 3 gelas per hari pada bayi umur 3 bulan meningkatkan berat badan secara signifikan.

3.4 Menggali hipotesis
Didasarkan pada paparan di atas, maka tentu saja merumuskan hipotesis bukan pekerjaan mudah bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti dituntut untuk dapat menggali sumber-sumber hipotesis. Untuk itu dipersyaratkan bagi peneliti harus:
Memiliki banyak informasi tentang masalah yang akan dipecahkan dengan cara banyak membaca literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
Memiliki kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat, objek, dan hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
Memiliki kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain yang sesuai dengan kerangka teori dan bidang ilmu yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggalian sumber-sumber hipotesis dapat berasal dari:
Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang berkaitan dengan fenomena.
Wawasan dan pengertian yang mendalam tentang suatu fenomena.
Materi bacaan dan literatur yang valid.
Pengalaman individu sebagai suatu reaksi terhadap fenomena.
Data empiris yang tersedia.
Analogi atau kesamaan dan adakalanya menggunakan imajinasi yang berdasar pada fenomena.
Hambatan atau kesulitan dalam merumuskan hipotesis lebih banyak disebabkan karena hal-hal:
Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang kerangka teori yang jelas.
Kurangnya kemampuan peneliti untuk menggunakan kerangka teori yang ada.
Gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang ada untuk merumuskan kata-kata dalam membuat hipotesis secara benar.

3.5 Jenis-jenis Hipotesis
Penetapan hipotesis tentu didasarkan pada luas dan dalamnya serta mempertimbangkan sifat dari masalah penelitian. Oleh karena itu, hipotesispun bermacam-macam, ada yang didekati dengan cara pandang: sifat, analisis, dan tingkat kesenjangan yang mungkin muncul pada saat penetapan hipotesis.

3.5.1 Hipotesis dua-arah dan hipotesis satu-arah
Hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis dua-arah dan dapat pula berupa hipotesis satu-arah. Kedua macam tersebut dapat berisi pernyataan mengenai adanya perbedaan atau adanya hubungan.
Contoh hipotesis dua arah:
Ada perbedaan tingkat peningkatan berat badan bayi antara bayi yang memperoleh susu tambah 3 gelas dari ibu yang berperan ganda dan tidak berperan ganda.
Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar siswa.
Hipotesis dua-arah memang kurang spesifik, oleh karena itu perlu diformulasikan dalam hipotesis satu-arah. Contoh:
Terdapat perbedaan peningkatan berat badan bayi yang signifikan antara bayi yang memperoleh susu tambah 3 gelas dari ibu yang berperan ganda dan tidak berperan ganda. Ada hubungan yang cukup kuat antara tingkat kecemasan siswa dengan prestasi belajar siswa.

3.5.2 Hipotesis Statistik
Rumusan hipotesis penelitian, pada saatnya akan diuji dengan menggunakan metode statistik, perlu diterjemahkan dalam bentuk simbolik. Simbol-simbol yang digunakan dalam rumusan hipotesis statistik adalah simbol-simbol parameter. Parameter adalah besaran-besaran yang apa pada populasi.
Sebagai contoh, hipotesis penelitian yang menyatakan adanya perbedaan usia menarche yang berarti antara siswi SMU I dan SMU II. Hal ini mengandung arti bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia menarche antara siswi dari kedua sekolah tersebut. Dalam statistika, rata-rata berarti mean yang mempunyai simbol M, sedangkan parameter mean bagi populasi adalah m. Oleh karena itu, simbolisasi hipotesis tersebut adalah:
Ha; m1≠ m2 (Hipotesis dua-arah) (kurang spesifik)
Ha: m1 > m2 (Hipotesis satu-arah) (tepat dan spesifik)
Atau
Ha; m1- m2 ≠ 0 (Hipotesis dua-arah)
Ha: m1 - m2 > 0 (Hipotesis satu-arah) IDM
Dengan demikian simbol Ha berarti hipotesis alternatif, yaitu penerjemahan hipotesis penelitian secara operasional. Hipotesis alternatif disebut juga hipotesis kerja. Jadi, statistik sendiri digunakan tidak untuk langsung menguji hipotesis alternatif, akan tetapi digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis nihil (nol). Penerimaan atau penolakan hipotesis alternatif merupakan konsekuensi dari penolakan atau penerimaan hipotesis nihil.
Hipotesis nihil atau null hypothesis atau Ho adalah hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok atau meniadakan hubungan sebab akibat antar variabel. Hipotesis nihil berisi deklarasi yang meniadakan perbedaan atau hubungan antar variabel. Contoh dari hipotesis nol secara statistik adalah:
Ho; m1- m2 = 0 (Hipotesis dua-arah)
Ho: m1= m2= 0 (Hipotesis satu-arah)
Pada akhirnya penolakan terhadap hipotesis nihil akan membawa kepada penerimaan hipotesis alternatif, sedangkan penerimaan terhadap hipotesis nihil akan meniadakan hipotesis alternatif.

3.6 Kesalahan dalam perumusan hipotesis dan pengujian hipotesis
Dalam perumusan hipotesis dapat saja terjadi kesalahan. Macam kesalahan dalam perumusan hipotesis ada dua macam yaitu:
1. Menolak hipotesis nihil yang seharusnya diterima, maka disebut kesalahan alpha dan diberi simbol a atau dikenal dengan taraf signifikansi pengukuran.
2. Menerima hipotesis nihil yang seharusnya ditolak, maka disebut kesalahan beta dan diberi simbol b.
Pada umumnya penelitian di bidang pendidikan digunakan taraf signifikansi 0.05 atau 0.01, sedangkan untuk penelitian kedokteran dan farmasi yang resikonya berkaitan dengan nyawa manusia, diambil taraf signifikansi 0.005 atau 0.001 bahkan mungkin 0.0001. Misalnya saja ditentukan taraf signifikansi 5% maka apabila kesimpulan yang diperoleh diterapkan pada populasi 100 orang, maka akan tepat untuk 95 orang dan 5 orang lainnya terjadi penyimpangan.
Cara pengujian hipotesis didekati dengan penggunaan kurva normal. Penentuan harga untuk uji hipotesis dapat berasal dari Z-score ataupun T-score. Apabila harga Z-score atau T-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan tidak diterima dan sebaliknya.

4. Jenis Penelitian
Jenis-jenis penelitian sangat beragam macamnya, disesuaikan dengan cara pandang dan dasar keilmuan yang dimiliki oleh para pakar dalam memberikan klasifikasi akan jenis penelitian yang diungkapkan. Namun demikian, jenis penelitian secara umum dapat digolongkan sebagaimana yang akan dipaparkan berikut ini.

4.1. Jenis Penelitian Menurut Pendekatan Analitik
Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi menjadi dua macam, yaitu: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

4.1.1 Jenis penelitian kuantitatif
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka-angka) yang diolah dengan metoda statistik. Pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada jenis penelitian inferensial dan menyandarkan kesimpulan hasil penelitian pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitaif merupakan penelitian dengan jumlah sampel besar.
Bila disederhanakan penelitian berdasarkan pendekatan kuantitatif secara mendalam dibagi menjadi: penelitian deskriptif dan penelitian inferensial.

a. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Analisis yang sering digunakan adalah: analisis persentase dan analisis kecenderungan. Kesimpulan yang dihasilkan tidak bersifat umum. Jenis penelitian deskriptif yang cukup dikenal adalah penelitian survei.

b. Penelitian inferensial
Penelitian inferensial melakukan analisis hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis. Dengan demikian, kesimpulan penelitian jauh melebihi sajian data kuantitatif saja, dan kesimpulannya adakalanya bersifat umum.

4.1.2 Jenis penelitian menurut pendekatan kualitatif
Penelitian dengan pendekatan kualitatif pada umumnya menekankan analisis proses dari proses berfikir secara deduktif dan induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif tidak berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif, akan tetapi lebih ditekankan pada kedalaman berfikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory), dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.

4.2 Jenis Penelitian Menurut Tujuan
Jenis penelitian menurut tujuan terdiri dari:

4.2.1 Penelitian Eksploratif
Jenis penelitian eksploratif, adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokkan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu. Penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.

4.2.2 Penelitian Pengembangan
Jenis penelitian pengembangan bertujuan untuk mengembangkan aspek ilmu pengetahuan. Misalnya: penelitian yang meneliti tentang pemanfaatan terapi gen untuk penyakit-penyakit menurun.

4.2.3 Penelitian Verifikatif
Jenis penelitian ini bertujuan untuk menguji kebenaran suatu fenomena. Misalnya saja, masyarakat mempercayai bahwa air sumur Pak Daryan mampu mengobati penyakit mata dan kulit. Fenomena ini harus dibuktikan secara klinik dan farmakologik, apakah memang air tersebut mengandung zat kimia yang dapat menyembuhkan penyakit mata.

4.3 Jenis Penelitian Menurut Waktu
4.3.1 Penelitian Longitudinal
Penelitian longitudinal adalah penelitian yang dilakukan dengan ciri: waktu penelitian lama, memerlukan biaya yang relatif besar, dan melibatkan populasi yang mendiami wilayah tertentu, dan dipusatkan pada perubahan variabel amatan dari waktu ke waktu. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari pola dan urutan perkembangan dan/atau perubahan sesuatu hal, sejalan dengan berlangsungnya perubahan waktu. Jenis penelitian ini sering digunakan pada penelitian lingkup Epidemiologi dengan beberapa rancangan yang khas, seperti kohort, cross-sectional, dan kasus kontrol.

Kohort
Penelitian kohort sering juga disebut penelitian follow up atau penelitian insidensi, yang dimulai dengan sekelompok orang (kohor) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam sub-kelompok tertentu sesuai dengan paparan terhadap sebuah penyebab potensial terjadinya penyakit atau outcome.
Penelitian kohort memberikan informasi terbaik tentang penyebab penyakit dan pengukurannya yang paling langsung tentang resiko timbulnya penyakit. Jadi ciri umum penelitian kohort adalah:
a. dimulai dari pemilihan subyek berdasarkan status paparan.
b. melakukan pencatatan terhadap perkembangan subyek dalam kelompok studi amatan.
c. dimungkinkan penghitungan laju insidensi (ID) dari masing-masing kelompok studi.
d. peneliti hanya mengamati dan mencatat paparan dan penyakit dan tidak dengan sengaja mengalokasikan paparan.
Oleh karena penelitian kohort diikuti dalam suatu periode tertentu, maka rancangannya dapat bersifat restropektif dan prospektif, tergantung pada kapan terjadinya paparan pada saat peneliti mau mengadakan penelitian.
Rancangan penelitian kohort prospektif, jika paparan sedang atau akan berlangsung, pada saat penelitian memulai penelitiannya. Rancangan kohort retrospektif, jika paparan telah terjadi sebelum peneliti memulai penelitiannya. Jenis penelitian ini sering disebut sebagai penelitian prospektif historik.

b. Penelitian cross-sectional (Lintas-Bagian)
Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit. Oleh karena itu seringkali disebut sebagai penelitian prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit secara serentak pada individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode tertentu.
Penelitian lintas-bagian relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dari populasi tersebut. Instrumen yang sering digunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian kuisioner.

c. Penelitian Kasus Kontrol (case control)
Penelitian kasus kontrol adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri penelitian ini adalah: pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayar terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dari populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol.

4.4 Jenis Penelitian Menurut Rancangan
Ada beberapa jenis penelitian yang didasarkan pada rancangan yang digunakan untuk memperoleh data, misalnya penelitian korelasional, kausal-komparatif, eksperimen, dan penelitian tindakan (action research).

4.4.1 Penelitian Korelasional (correlational research)
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

Contoh penelitian korelasional yang umum dilakukan:
Studi yang mempelajari hubungan antara skor pada test masuk perguruan tinggi dengan indeks prestasi semester pada mahasiswa STIKes di Wilayah Jawa Barat.
Studi analisis faktor mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan, pendidikan, dan status sosial dengan pemilihan jenis persalinan di desa tertinggal.

4.4.2 Penelitian Kausal-Komparatif (causal-comparative research)
Tujuan penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
Penelitian kausal-komperatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat sebagai “dependent variable” dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.

4.4.3 Penelitian Eksperimental-Sungguhan (true-experimental research)
Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dengan satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.

Ciri utama dari penelitian eksperimen meliputi:
Pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib-ketat, baik dengan kontrol atau manipulasi langsung maupun dengan randomisasi (pengaturan secara rambang).
Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai “garis dasar” untuk dibandingkan dengan kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenai perlakuan eksperimental.
Memusatkan usaha pada pengontrolan varians dengan cara: pemilihan subyek secara acak, penempatan subyek dalam kelompok-kelompok secara rambang, dan penentuan perlakuan eksperimental kepada kelompok secara rambang.
Validitas internal merupakan tujuan pertama metode eksperimental.
Tujuan ke dua metode eksperimental adalah validitas eksternal.
Dalam rancangan eksperimental yang kalsik, semua variabel penting diusahakan agar konstan kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

4.4.4 Penelitian Eksperimental-Semu (quasi-experimental research)
Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validiti eksternal rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Ciri penelitian eksperimen semu meliputi:
Penelitian eksperimental-semu secara khas mengenai keadaan praktis, yang di dalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel tersebut.
Subyek penelitian adalah manusia, misalnya dalam mengukur aspek minat, sikap, dan perilaku.
Tetap dilakukan randomisasi untuk sampel, sehingga validitas internal masih dapat dijaga.

4.4.5 Penelitian Tindakan (action research)
Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.
Contoh penelitian tindakan misalnya adalah:
a. Penelitian tentang pelaksanaan suatu program inservice training untuk melatih para konselor bekerja dengan anak putus sekolah;
b. Penelitian untuk menyusun program penjajagan dalam pencegahan kecelakaan pada pendidikan pengemudi;
c. Penelitian untuk memecahkan masalah apatisme dalam penggunaan teknologi modern atau metode menanam padi yang inovatif.
Ciri penelitian tindakan adalah:
a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
b. Menyediakan rangka-kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan baru.
c. Penelitian mendasarkan diri kepada observasi aktual dan data mengenai tingkah laku, dan tidak berdasar pada pendapat subyektif yang didasarkan pada pengalaman masa lampau.
d. Fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan selama masa penelitiannya dan mengorbankan kontrol untuk kepentingan on-the spot experimentation dan inovasi.

TV Olline

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Forex Calendar

Sindikasi economy.okezone.com

detikcom

KOMPAS.com - Bisnis Keuangan

frame

BBCIndonesia.com | Berita Dunia | Indonesian News index

Bubbles

ok